Kamis, 06 Oktober 2016

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

Perubahan Pola Penyakit Menular dan Tidak

Menular Serta Kematian di Indonesia

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, dari seluruh kematian yang terjadi 29% disebabkan oleh PTM sedangkan di negara maju PTM menyebabkan 13% kematian. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia terutama di negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah dan miskin.

Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995-2001, menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi yang menyebabkan kematian karena PTM semakin meningkat.
Diagram diatas memperlihatkan bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup signifikan dari 41,7% menjadi 59,5%.

Berdasarkan data pada sistem informasi rumah sakit edisi tahun 2010 dan 2011, Penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian paling banyak di dominasi oleh penyakit jantung,stroke, kanker, diabetes melitus dan hipertensi, seperti yang dijelaskan pada diagram berikut.

Dari data di atas didapat bahwa penyakit jantung menjadi penyebab utama penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dari tahun 2009-2010 diikuti oleh kanker.

1.         Penyakit HIV/AIDS di Yogyakarta
Aids disebabkan oleh salah satu kelompok virus yang disebut dengan retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena HIV/AIDS system kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus AIDS menyerang sela darah putih khusus tyang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3-6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang. Penularan HIV/AIDS adalah hubungan seks kelamin,hubungan seks oral, hubungan seks melalui anus, transfuse darah,, penggunaan jarum suntik bersama.
DIY saat ini telah menempati urutan ke 17 provinsi dengan penderita penyakit HIV/AIDS terbesar. Penularan telah berubah dengan dominasi dari jarum suntik pengguna narkoba. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok usia 20-26 tahun. Laporan program P2M tahun 2012 menunjukkan bahwa penemuan kasus HIV/AIDS dicapai 1.940 kasus. Dari kasus yang ditemukan sejumlah 831 kasus diantaranya telah memasuki fase AIDS sedangkan sisanya masih dalam fase HIV positif (1.110 kasus). Proporsi kasus berdasarkan jenis kelamin adalah : untuk kasus HIV (562 kasus laki-laki dan 399 kasus perempuan) dan untuk kasus AIDS (579 laki-laki dan 246 perempuan).Sementara itu pada tahun 2011 terdapat 41 kematian akibat AIDS yang meliputi 19 penderita laki-laki dan 22 penderita perempuan. Kondisi kasus AIDS hingga Desember tahun 2012 adalah : 1.685 hidup, 205 meninggal dan tanpa diketahui sebesar 51 kasus.
Proporsi ODHA di DIY berdasarkan faktor resiko

Proporsi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di DIY berdasarkan pada Faktor Resiko yang menyebabkan HIV/AIDS didominasi oleh perilaku Heteroseksual sebanyak 51%, Tidak diketahui sebanyak 25%, IDU’s 13% dan yang lainnya adalah Homoseksual, Biseksual, Perinatal dan Transfusi.
Jumlah HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur



2.         Diabetes Melitus di Sumatra Utara
Diabetes Mellitus (DM) sering juga disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan, Diabetes Mellitus timbul dengan perlahan-lahan sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan didalam tubuhnya, secara medis Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian (Hadisaputro. Setiawan, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh dari data Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit Diabetes Melitus dengan jumlah kasus Diabetes Melitus mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah sakit 28 kota/ kabupaten seluruh propinsi Sumatera Utara, data Riskesdas (2007) prevalensi Diabetes Melitus yang didiagnosa oleh Nakes (tenaga kesehatan) disertai dengan gejala diperoleh data untuk Samosir 0.3 %, Dairi 1%, Serdang bedagai 0.6%, Tapanuli Utara 0.3%, prevalensi Diabetes Mellitus untuk kota Medan 2.7% dan prevalensi Diabetes Melitus untuk propinsi Sumatera Utara 1.98%, sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes RI menyatakan prevalensi DM secara nasional adalah 5.7% (Depkes, 2009).
Meskipun data dari profil kesehatan kota Medan tahun 2009, dalam sepuluh penyakit terbesar di kota Medan, penyakit Diabetes Melitus ini tidak masuk didalamnya, namun di Rumah Sakit Pangururan dalam 4 tahun terakhir penyakit ini mengalami peningkatan, berdasarkan hasil survey awal data rekam medik Universitas Sumatera Utara tahun 2007–2010 Rumah Sakit Hadrianus Sinaga Kabupaten Pangururan, peningkatan penyakit ini terus bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat jumlah kunjungan meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2007 penyakit Diabetes Melitus tidak termasuk dalam penyakit sepuluh terbesar di Samosir, kemudian tahun 2008 penyakit ini masuk dalam 10 penyakit terbesar di rumah sakit dengan urutan ke sepuluh, sedangkan pada tahun 2010 penyakit ini meningkat masuk dalam urutan ke 2 dari sepuluh penyakit terbesar (Rekam Medik RSU Hadrianus Sinaga, 2010).

3.         Pola Kematian Akibat Penyakit
Data penyebab kematian di masyarakat secara akurat belum dapat diperoleh, akan tetapi melalui pencatatan dan pelaporan rutin dari Rumah Sakit di DIY melalui mekanisme SIRS dapat diperoleh gambaran pola penyebab kematian di Rumah Sakit, meskipun belum seluruh Rumah Sakit menyampaikan laporannya. Penyakit jantung dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu masuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi. Analisis tiga tahun terakhir dari data di seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD (cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian. Tahun 2009 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat penyakit tidak menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit yang ada di DIY (hospital based). CVD tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin meningkat seiring semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit CVD sebagaimana laporan RS di DIY.

Grafik Penyebab kematian di RS akibat penyakit tahun 2011

Kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam dalam tiga tahun terakhir. Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dan setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa 88% kematian diakibatkan oleh cedera kepala. Faktor perilaku pengendara memang menjadi faktor dominan bagi tinggi rendahnya tingkat kematian akibat kecelakaan. Meskipun demikian disamping
Faktor perilaku tersebut, dukungan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan pertolongan pertama / prarujukan, rujukan gawat darurat dan kualitas pelayanan di sarana pelayanan kesehatan sedikit banyak juga bisa ikut berperan untuk menurunkan kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu perbaikan sistem pelayanan termasuk pertolongan prarujukan dan rujukan diharapkan akan mampu menurunkan tingkat kematian. Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan medis jenis penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan Pneumonia, namun dengan melihat kondisi prevalensi dan penemuan kasus TBC di DIY pada khususnya, maka sangat dimungkinkan bahwa penyakit TBC ikut pula menjadi salah satu kontributor kematian penyakit tersebut. Pola kematian akibat gagal jantung masuk pada urutan keempat sebagai penyebab kematian di DIY seperti hasil pengolahan dari Laporan Rumah Sakit, gejala tersebut dapat menunjukkan bahwa penyakit degeneratif menjadi ancaman yang harus diwaspadai, terutama dalam melaksanakan program promotif tehadap perilaku hidup sehat agar masyarakat dapat mengurangi faktor resiko untuk penyakit degeneratif. Beberapa upaya telah dilakukan dalam pemantauan dan pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular, diantaranya dengan melaksanakan skrining di pelayanan dasar dan peningkatan penyuluhan dan cakupan PHBS di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar